TAFSIR IS’YARI





TAFSIR IS’YARI

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata KuliAh : Madhahibut tafsir
Dosen Pengampu : Drs.H.Iing misbahuddin,MA


 

Disusun oleh :
Zainul musthofa
M.Nasrulloh Asnawi
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


I.        PENDAHULUAN.
Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmi-ilmu ke Islaman tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat ini.Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. Maka untuk mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-Qur`an diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi kemajuan dan perkembangan umat Islam. Oleh karena itu sangat besar perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna yang terkandung dalam kitab suci ini. Sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir dengan corak dan metode penafsiran yang beraneka ragam pula, dan dalam penafsiran itu nampak dengan jelas sebagai suatu cermin perkembangan penafsiran al-Qur`an serta corak pemikiran para penafsirnya sendiri.Dalam makalah yang singkat ini penulis berusaha membahas tentang Tafsiral-Isyari: Pengertian, bentuk-bentuk, contoh-contoh dan corak pemikirannya, perdebatan ulama mengenai jenis ini, serta analisis mengenai kelebihan dan kelemahannya.
II.      RUMUSAN MASALAH.
a.       Pengertian Tasir isyari
b.      Kualifikasi Kebenaran Tafsir.
c.       Contoh Tafsir Isyari
III.    PEMBAHASAN.
a.       beberapa pengertian tafsir isyari yang diungkapkan oleh para ulama, yaitu sebagai berikut :
1.      Shubhi al-Shalih sebagaimana dikutip dalam buku Pengantar Ilmu al-Qur`an dan Tafsir mendefinisikan tafsir al-Isyari adalah :“Tafsir Isyari adalah tafsir yang menta`wilkan ayat tidak menurut zahirnya namun disertai usaha menggabungkan antara yang zahir dan yang tersembunyi.”Manna Khalil al-Qattan menyatakan bahwa setiap ayat mempunyai makna zahir dan makna batin (tersembunyi). Makna zahir ialah segala sesuatu yang segera mudah dipahami akal pikiran sebelum lainnya, sedangkan makna batin adalah isyarat-isyarat tersembunyi di balik itu yang hanya nampak dan diketahui maknanya oleh para ahli tertentu (ahli suluk).
2.      Muhammad Aly Ash Shabuny dalam kitabnya Al-Tibyan fi Ulum al-Qur`an terj. Aminuddin mendefinisikan Tafsir al-Isyari sebagai:[1]“Penafsiran al-Qur`an yang berlainan menurut zahir ayat karena adanya petunjukpetunjuk yang tersirat dan hanya diketahui oleh sebagian ulama, atau hanya diketahui oleh orang yang mengenal Allah yaitu orang yang berpribadi luhur dan telah terlatih jiwanya (mujahadah)” dan mereka yang diberi sinar oleh Allah sehingga dapat menjangkau rahasia-rahasia al-Qur`an , pikirannya penuh dengan arti-arti yang dalam dengan perantaraan ilham ilahi atau pertolongan Allah, sehingga mereka bisa menggabungkan antara pengertian yang tersirat dengan maksud yang tersurat dari ayat al-Qur`an.”
3.      Dalam buku “Spektrum Saintifika al-Qur`an” karya Talhas dan Hasan Basri didefinisikan Tafsir al-Isyari disebut juga tafsir Shufi, yaitu penafsiran al-Qur`an dengan melibatkan kapasitas sufistik atau tasauf; mencoba memahami ayat-ayat dengan mengungkapkan makna atau isyarat di balik makna zahir ayat.
4.      Ulama Aliran tasauf praktis mengartikan Tasfir al-Isyarat sebagai tafsir yang menakwilkan al-qur’an dengan penjelasan yang berbeda dengan kandungan tekstualnya, yakni berupa isyarat-isyarat yang hanya dapat ditangkap oleh mereka yang sedang menjalankan suluk (perjalanan menuju Allah). Namun, terdapat kemungkinan untuk menggabumgkan antara penafsiran tekstual dan penafsiran isyarat itu.
b.      Kualifikasi Kebenaran Tafsir.
Sebagaimana dijelaskan bahwa al-Qur’an itu mempunyai makna yang zhahir dan makna yang bathin dan makna zhahir adalah makna yang sesuai dengan bahasa Arab sedang makna bathin adalah makna yang dikehendaki Allah. Setiap arti yang ditunjukkan bahasa Arab maka semua masuk dalam kategori makna zhahir, permasalahan yang timbul adalah masalah bayaniah dan perbedaan balaghah yang semuanya tidak keluar dari konteks zhahir ayat.Adapun makna bathin maka tidak cukup memahaminya hanya dengan berdasar pada bahasa Arab saja, tetapi harus adanya nur ilahi yang ditanamkan Allah dalam hati manusia yang mana dengan nur tersebut manusia dapat memandang dengan pandangan hati nurani dan selamat pemikiran hawa nafsunya. Dengan demikian arti tafsir bathin bukanlah keluar dari madlul al-lafdzi (arti yang ditunjuki lafadz) al-Qur’an dan untuk keabsahan dari makna batin ini harus memenuhi dua syarat:
1. Sesuai dengan yang dimaksud makna zhahir yang ditetapkan dalam bahasa Arab.
2. Harus adanya saksi nas zhahir di tempat lain yang shahih tanpa adanya pertentangan
Para Ulama’ menerima tafsir isyary ini jika memenuhi lima syarat, yaitu:
1. Maknanya tidak bertentangan dengan zhahir al-Qur’an.
2. Tidak dikatakan secara pasti bahwa makna itulah yang dimaksudkan oleh al-Qur’an bukan makna yang zhahir.
3. Ta’wil-nya tidak jauh dari pada yang semestinya.
4. Tidak bertentangan dengan seuatu dalil syari’at atau dalil aqly.
Syarat-syarat di atas merupakan syarat-syarat menerima tafsir isyary bukan syarat-syarat wajib menerimanya, sebab suatu makna yang tidak berlawanan dengan zhahir al-Qur’an dan dikuatkan pula oleh suatu dalil, tidak harus kita menolaknya. Namun demikian kita tidak diwajibkan mengikutinya, sebab makna yang demikian itu adalah makna yang diperoleh dari ilham bukan dari undang-undang yang telah ditetapkan.
Ibnu Qayyim berkata: “Penafsiran (yang dilakukan) orang berkisar pada tiga pokok, tafsir mengenailafadz, yaitu yang dilakukan oleh golongan mutaakhkhirin. Tafsir tentang makna, yaitu yang dikemukakan oleh kaum salaf. Dan tafsir tentang isyarat, yaitu yang ditempuh oleh mayoritas ahli shufy dan lain-lain. Tafsir terakhir ini tidak di larang jika memenuhi empat syarat, yaitu:
(1). Tidak bertentangan dengan makna zhahir ayat.
(2). Maknanya itu sendiri shahih.
(3). Terdapat indikasi adanya isyarat pada lafadz yang ditafsirkan dan
 (4). Adanya hubungan yang erat antara makna isyari dengan makna ayat[2].
c.       Contoh-contoh Tafsir isyari
#sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ  
Artinya : Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,


Bila ayat ini ditafsirkan dengan metode ijmali adalah bahwa Allah Swt. menyuruh manusia untuk memujiNya, meminta ampun kepadaNya apabila Allah Swt menolong dan memberi kemenangan’, sedangkan Ibn Abbas berpendapat bahwa itu menunjukkan bahwa Allah Swt memberitahu Rasul tentang ajalnya sudah dekat, artinya Allah berfirman “apabila telah datang pertolongan dan kemenangan (ayat)” maka itu pertanda ajalmu telah dekat (isyarat) “maka bertasbihlah kepada Tuhanmu dan meminta ampunlah kepadanya (ayat)”. Umar saja lalu berkata; “saya tidak mengetahui hal itu kecuali apa yang kamu katakan”.[3]
Berdasarkan riwayat di atas jelas menunjukkan bahwa pemahaman Ibnu`Abbas ini tidak bisa dikuasai oleh sahabat-sahabat yang lain. Yang memahaminya hanyalah Umar RA dan Ibnu `Abbas sendiri. Inilah bentuk Tafsir Al-Isyari yang diilhamkan Allah kepada makhlukNya yang dikehendaki untuk diperlihatkan kepada hamba-hamba lainnya, yakni surat Al-Nashr tersebut menyatakan berita wafat Nabi SAW dan menunjukkan dekatnya ajal beliau.
IV.    KESIMPULAN
Dalam tafsir isyary kita didahapkan kepada tafsir yang tidak saja mengemukakan makna lafadzlafadz,sebagaimana yang dikehendaki lafadz, tetapi kita juga menghadapi makna yang dikehendaki isyarat. Hal ini merupakan bahaya jika kita tidak menelitinya, sebab dikhawatirkan bahwa orang yang membaca tafsir ini akan menganggap bahwa makna itulah makna yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Oleh sebab itu kita harus waspada terhadap penafsiran-penafsiran dengan cara isyary ini, agar kita mengetahui yang sesuai dengan ajaran Islam dan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah penulis buat, penulis sadar makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan makalah selanjutnya. Namun, penulis tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin


DAFTAR PUSTAKA.
·         Muhammad Aly Ash-shabuny, studi ilmu al-Qur’an, ( Bandung : Pustaka Setia, 1999),
·         Nur ichwan,Muhammad,’’belajar al-qur’an’’(semarang:RASAIL,2005)
·         www.contohtafsirisyari.com




[1] Muhammad Aly Ash-shabuny, studi ilmu al-Qur’an, ( Bandung : Pustaka Setia, 1999),hal : 134
[2] Nur ichwan,Muhammad,’’belajar al-qur’an’’(semarang:RASAIL,2005)hal:198
[3] www.contohtafsirisyari.com
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment